Monday, June 04, 2007

Karir vs Keluarga

Sudah sepekan ini(atau lebih pasnya sekitar 10 hari terakhir ini yaa?), pemikiran tentang karir vs keluarga silih bergantimuncul di benak Mom. Dua hal yang menentukan kehidupan dan sehari-hari nyata di hadapan mata untuk dipilih.Secara cepat pada umumnya orang sudah dipastikan tanpa babibu akan memilih keluarga. Bukankan berkarir hasil akhirnyabisa dilihat dari kecukupan pemenuhan kebutuhan hidup keluarga? Berkarir demi keluarga. Namun jika dalam prakteknyakarir justeru mengambil jam-jam dalam keluarga ? Bagaimana..., meskipun kompensasi lebih berkelimpahan dijanjikan ??

"Kamu mau pendapatan kita lebih buanyakk, tapi ntar aku juarang di rumah ??", demikianlah cetus sang tercintrong saat dilontari ide mengejar karir. Pikiran yangsung melayang ke tahun 2004-2005. Saat mo merried dulu, eks pacar sempet kerja sampei bener² larut malam demi tambahan pendapatan yang 'wah' bagi kita saat itu. Alhasil pas weekendpun kadangjuga harus ngantor. Kalo pas gak ngantor waktu banyak dihabiskan di rumah, keluar cuman untuk makan karena kondisidoi yang butuh istirahat buanyak. Huhuhuh :((

***

Kondisi saat ini, bersyukur. Puji Tuhan, asap dapur terus ngépul. Berkecukupan. Titik. Hmm tapi manusia tidak pernah puas.Mom juga. Pengennya ada peningkatan, bukankan semua orang juga berpikir demikian ? Pengen ada jejak hasil berkarir.

Dari beberapa teman dan sodara yang share, didapati, diakui bahwa ada sesuatu yang memang harus dikorbankan dalamberkarir dan berkeluarga. Dalam sebulan harus merelakan beberapa hari untuk keluar kota, tugas dinas. Atau dalam keseharian, pulang lebih larut sebagai 'akibat' tanggung jawab yang besar. Termasuk didalamnya rela pulang lebih larut demi menimba ilmu di bangku kuliah(lagi) guna prospek karier yang lebih cerah.

Jika salah satu dari kedua orang tua yang mengejar karier, setidaknya masih ada satu yang mewakili dekat dengan anak. Meskipun kemudian sang anak pastilah akan kehilangan/merin-dukan sosok yang jarang melalui waktu bersamanya. Namun jika sudah kedua orang tuanya yang terjun ??

Dewasa ini, Mom melihat, orang yang diatas rata², nampak nyata dalam 'berkelimpahan' cenderung bahu membahu antara suami dan isteri. Keduanya bekerja dan maksimal. Untuk pasangan muda yang belum ada momongan, okelah. Tapi untukyang sudah ada momongan, seperti Mom, Mom sendiri merasa sayang, lebih suka bermain dengan anak.

Sedangkan ada juga yang memikirkan, tidak apalah menomorsatukan pekerjaan. Toh weekend bersama anak juga, yang artinya dalam keseharian bisa jadi saat sampai di rumah si anak sudah pulas tertidur. Toh juga hasil²nya ntar buat anakjuga, bisa sekolah di tempat favorit, kuliah di international univ bahkan ke luar negeri.

***
Rezeki sudah ada yang mengatur. Asalkan kita tetap berusaha dan setia melakukan (pekerjaan) bagian kita, Tuhan pasti akan cukupkan bahkan sampai berkelimpahan. Ekstrimnya bahkan "carilah dahulu kerajaanNya, maka semuanya(berkat) ituakan ditambahkan bagimu.."

Bukan berarti kita malas, tetapi tetap harus giat berusaha dan bersyukur. Soal 'berkat' biar saja
Tuhan yang atur. Soal anak nanti akan sekolah dimana, dan apakah punya ini itu, bukankan lebih dari pada itu (bagi Mom) kebersamaan keluargalebih penting. Apakah nanti Marvel sekolah di int'l univ atau tidak, punya ini itu, bukankah bagi kita itu bukankah hal yangsangat penting ?

Asalkan dia berilmu entah di sekolah mana, asal bisa baca tulis, hitung, sukur² bisa english dan mandarin, takut Tuhan dan taat ibadah, sehat, bahagia, hormat dan taat orang tua, setidaknya itu cukup bagi kita ?? Satu lagi mandiri. Bukankahbegitu Dad ?? Atau apakah engkau mau dia juga punya jabatan bergengsi dan taraf hidup yang 'wah'?

***

1 Comments:

Blogger Niek said...

Percisss banget seperti pengalamanku, akhirnya, keluarga menang, walau, sayang juga meninggalkan karir yang udah dirintis bahkan sebelum lulus kuliah.

Tapi percaya, it pays.

5:47 PM  

Post a Comment

<< Home